Pengertian Nilai-Nilai Kehidupan
Setiap
manusia hidup dalam suatu lingkaran sistem tata nilai dalam
masyarakat. Manusia memenuhi kebutuhan masing-masing
bersama-sama membentuk masyarakat.Individu dan masyarakat saling
membutuhkan. Namun keinginan masyarakat (atau kelompok yang
mewakilinya) tidak selalu sama dengan kebutuhan dan keinginan
masing-masing individu.Bahkan
dapat terjadi adanya ketegangan / pertentangan antara pribadi
dengan masyarakat.
Kategori Dan Aspek Nilai
Ketika seseorang memilih nilai kehidupannya, ada tiga kategori yang harus ia tunjukkan, yang menyatakan bahwa ia mengadopsi suatu nilai, yaitu: memilih, menghargai, dan bertindak.
Ketiga kategori itu bisa dikembangkan menjadi tujuh aspek nilai, yaitu sebagai berikut:
a. Memilih dengan bebas. Nilai kehidupan menuntut adanya kebebasan dari bentuk tekanan, tidak adanya paksaan dari lingkungan hidup seseorang, berdasarkan pada keyakinan diri sendiri, dan kerelaan untuk memilih nilai kehidupan.
b. Memilih dengan bebas dari berbagai alternatif nilai kehidupan. Ketika seseorang memilih untuk menganut suatu nilai, ia akan dihadapkan pada lebih dari satu alternatif pilihan nilai kehidupan. Ia bebas untuk memilih nilai kehidupan yang mana yang ia sukai.
c. Memilih dengan bebas dari berbagai alternatif dengan mempertimbangkan akibat dari masing-masing alternatif. Ketika seseorang memilih untuk menganut suatu nilai, ia harus memperhitungkan resiko atau konsekuensi atau akibat dari pemilihan nilai kehidupan itu, dan tahu yang akan terjadi karena pilihannya itu.
d. Setelah memilih suatu nilai kehidupan, seseorang harus menghargai dan merasa senang dengan pilihannya itu. Nilai yang ia pilih adalah sesuatu yang dipandang positif. Untuk itu, nilai itu harus dihargai, dihormati, dan dipelihara. Nilai itu membuat orang yang memilihnya merasa bahagia.
e. Setelah memilih suatu nilai kehidupan, seseorang hendaknya bersedia mengakui, menjunjung tinggi, dan menegaskan pilihannya itu di depan masyarakat umum.
f. Setelah memilih suatu nilai kehidupan, seseorang seharusnya bertindak dan berperilaku sesuai dengan pilihan nilainya itu. Nilai itu memberi arah pada kehidupannya. Bobot nilai itu dapat diukur dengan banyaknya waktu, tenaga, dan harta yang dikorbankan demi nilai yang diyakininya.
g. Seseorang yang memilih suatu nilai kehidupan akan bertindak sesuai dengan pilihannya itu sehingga nilai kehidupan tersebut akan menjadi suatu pola kehidupan. Orang yang menghargai nilai kejujuran akan selalu berusaha untuk jujur. Oleh karena itu, kejujuran akan menjadi kebiasaan hidupnya.
Contoh nilai-nilai kehidupan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal dan menganut berbagai macam nilai kehidupan. Di antara nilai-nilai kehidupan itu bisa saja dianggap tidak penting bagi seseorang, tetapi bisa agak penting, penting, atau sangat penting bagi orang lain. Semuanya tergantung pada pilihan dan pertimbangan masing-masing pribadi, serta dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kehidupannya.
Beberapa contoh nilai kehidupan itu antara lain sebagai berikut:
a. Nilai kekuasaan, seperti persepsi (pandangan) terhadap keinginan untuk menundukkan atau mempengaruhi orang lain.
b. Nilai cinta atau kasih sayang, seperti ikatan batin, saling menghargai, saling setia, saling menghormati, saling membantu, memikirkan kepentingan dan kebaikan orang lain.
c. Nilai keindahan, seperti kemampuan untuk menghargai dan menikmati hal-hal yang indah, serasi, dan bagus.
d. Nilai keindahan fisik, seperti persepsi terhadap keadaan tubuh yang dianggap ideal atau serasi.
e. Nilai kesehatan, seperti keinginan untuk memiliki keadaan tubuh yang jauh dari penyakit.
f. Nilai keterampilan, seperti keinginan untuk memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai hal dengan tepat, mudah, dan cepat.
g. Nilai rasa sejahtera dan aman, seperti memiliki keinginan untuk bebas dari tekanan, kecemasan, dan konflik batin.
h. Nilai pengetahuan, seperti tuntutan diri terhadap informasi, kebenaran, hal-hal yang dapat memuaskan rasa ingin tahu, atau memiliki kemampuan untuk mengetahui sesuatu yang diinginkan.
i. Nilai moral, seperti keinginan untuk memiliki pemikiran, keyakinan, dan tindakan yang sesuai dengan norma yang diterima oleh masyarakat.
j. Nilai keagamaan atau kepercayaan, yaitu iman terhadap Tuhan, dan keinginan untuk dapat hidup sesuai dengan agama dan kepercayaan.
k. Nilai keadilan, seperti keinginan untuk memiliki sikap adil, sifat tidak memihak atau membedakan manusia, menghargai kebenaran dan fakta, serta mampu memperlakukan orang lain secara adil.
l. Nilai altruisme, yaitu memiliki kemauan dan kemampuan untuk memperhatikan kebutuhan, kepentingan, dan kebahagiaan orang lain.
m. Nilai pengakuan atau penghargaan, seperti keinginan untuk mengakui bahwa dirinya sendiri adalah penting, berharga, dan layak mendapatkan perhatian serta penghargaan dari orang lain.
n. Nilai kesenangan, seperti keinginan merasakan kenikmatan atau kegembiraan.
o. Nilai kebijaksanaan, seperti memiliki kemauan menggunakan akal sehat, pengalaman, dan pengetahuan dengan tepat, dan dapat mengambil keputusan dengan cermat atau teliti.
p. Nilai kejujuran, seperti memiliki kebaikan hati, ketulusan hati, kesungguhan hati, dan keterusterangan.
q. Nilai prestasi, seperti penghargaan terhadap hasil yang baik dari kerja keras.
r. Nilai kemandirian atau otonomi, seperti kemampuan untuk berdiri sendiri, dan tidak dikuasai oleh orang lain.
s. Nilai kekayaan, seperti keinginan untuk memiliki banyak harta yang berharga dan atau memiliki banyak uang.
t. Nilai kesetiaan, seperti keinginan memiliki keteguhan hati dalam persahabatan, dalam ikatan dengan kelompok, atau lembaga tertentu
.
u. Nilai tanggung jawab, seperti pertanggung jawaban kita terhadap hal yang kita lakukan.
v. Nilai kedewasaan, seperti sifat kepribadian seseorang. baik dalam tingkah laku, perbuatan dan pola pikir yang berbeda pada saat ia muda.
w. Nilai kedisiplinan, seperti perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.
x. Nilai kerendahan hati, seperti suatu sikap pribadi yang bersandar pada Allah dan menghormati orang lain.
y. Nilai keberanian, seperti suatu sikap untuk berbuat sesuatu dengan tidak terlalu merisaukan kemungkinan-kemungkinan buruk.
z. Nilai toleransi, seperti kemampuan kita untuk saling menghargai.
aa. Nilai kebhinekaan, seperti saling mengargai, menghormati satu sama lain.
bb. Nilai cinta tanah air dan bangsa, seperti perasaan yang timbul dari dalam hati sanubari seorang warga Negara, untuk mengabdi, memelihara, membela, melindungi tanah airnya
cc. Nilai keteladanan, seperti sesuatu yang patut ditiru untuk dicontoh tentang perbuatan kelakuan, sifat dan lain sebagainya.
Penerapan Nilai-Nilai Di Kalangan Remaja
1. Penerapan Nilai Moral Dikalangan Remaja
Dizaman
sekarang ini seks sudah sangat wajar terjadi dikalngan muda dan
remaja. Bicara soal remaja tidak akan pernah lepas dari percintaan
remaja. Tentu semua remaja telah mengalaminya. Hampir seluruh remaja
di Dunia termasuk Indonesia mempunyai suatu budaya untuk
mengekspresikan percintaan remaja itu sendiri yang biasa kita sebut
sebagai “Pacaran”. Pacaran, bukan hal yang lazim lagi di kalangan
remaja saat ini. Mulai dari berbagai jenjang pendidikan mereka. Mulai
dari Anak-anak kuliah sampai SMP (bahkan anak SD pun mulai
mencoba-coba). Mulai dari tingkatan remaja awal sampai remaja akhir,
rata-rata mereka sudah mempunyai ‘pacar’. Macam-macam pula remaja
mengekspresikan rasa cintanya pada sang ‘pacar; dengan berbagai
cara. Mulai dari yang biasa sampai yang tidak bisa diterima secara
moral karena perbuatan mereka telah melanggar ketentuan norma yang
ada. Salah satu cara yang merupakan cara yang paling tidak diterima
di kalangan masyarakat adalah seks bebas.
Seks
bebas merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual
terhadap lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan di luar
hubungan pernikahan mulai dari necking, petting sampai intercourse
dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam
masyarakat yang tidak bisa diterima secara umum. Seks bebas juga
merupakan suatu hal yang mulai dianggap biasa bagi beberapa remaja di
Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari media-media massa/elektronik,
westernisasi (kebarat-baratan) atau pun salah pergaulan. Mereka yang
kurang pendidikan agamanya atau mereka yang kurang terdidik moral nya
dan lebih sering melihat atau menonton acara-acara yang dianggap
menjadi dasar dari perbuatannya, seperti sinetron atau film, tentu
saja hal ini akan membentuk perilaku remaja yang cenderung tersesat
dalam pergaulannya atau bisa lebih buruk lagi.
Penyebab
perilaku seks bebas sangat beragam. Pemicunya bisa karena pengaruh
lingkungan, sosial budaya, penghayatan keagamaan, penerapan
nilai-nilai, faktor psikologis hingga faktor ekonomi.
Beberapa
penelitian mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perilaku seks bebas menurut Hyde (1990) yaitu:
1.
Usia. Semakin dewasa seseorang, makin besar kemungkinan remaja untuk
melakukan hubungan seks bebas. Hal ini dikarenakan pada usia ini
adalah potensial aktif bagi mereka untuk melakukan perilaku seks
bebas.
2.
Usia yang muda saat berhubungan seksual pertama. Semakin muda usia
pada hubungan seksual yang pertama cenderung untuk lebih permisif
daripada mereka yang lebih dewasa pada hubungan seksualnya yang
pertama.
3.
Usia saat menstruasi pertama. Makin muda saat usia menstruasi
pertama, makin mungkin terjadinya hubungan seks pada remaja.
Perubahan pada hormon yang terjadi seiring dengan menstruasi
berkontribusi pada meningkatkatnya keterlibatan seksual pada sikap
dan hubungan dengan lawan jenis.
4.
Agama. Kereligiusan dan rendahnya sikap serba boleh dalam perilaku
seks berjalan sejajar seiringan. Clayton & Bokemier meneliti
bahwa sikap permisif terhadap hubungan seks bebas dapat dilihat dari
aktivitas keagamaan dan religiusitas (Rice, 1990).
5.
Pacar. Remaja yang memiliki pacar lebih mungkin untuk melakukan seks
bebas daripada remaja yang belum memiliki pacar.
6.
Gender. Remaja puteri cenderung bersikap permisif dalam hal seksual
daripada remaja pria. Remaja puteri lebih menekankan pada kualitas
hubungan yang sedang dijalin sebelum terjadinya seks bebas.
7.
Ketidakhadiran orang tua. Jika ada remaja yang berperilaku seks
bebas, itu hanya bebasnya pergaulan, dan mungkin penyebabnya dari
faktor bimbingan dan pola asuh dari orangtua di rumah yang tidak
peduli atau tidak terbuka untuk membicarakan masalah seks pada
anaknya, padahal disaat ini dunia remaja semakin bebas. Pada keluarga
yang berada di kota besar, sudah merupakan suatu pola kehidupan yang
wajar di mana ayah dan ibu bekerja. Hal tersebut seringkali
mengakibatkan kehidupan anak-anak mereka kurang mendapatkan
pengawasan orang tua dan memiliki kebebasan yang terlalu besar.
8.
Kecenderungan pergaulan yang makin bebas. Di pihak lain, tidak dapat
dipungkiri adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara
pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran
dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan
pria.
9.
Penyebaran Informasi Melalui Media Massa. Kecenderungan pelanggaran
makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan
rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya tekhnologi
yang semakin berkembang (video kaset, foto kopi, vcd, hp, internet)
menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin
tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya
dari media massa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar