Minggu, 27 Maret 2016

Pengertian Nilai-Nilai Kehidupan

Hasil gambar untuk nilai kehidupan

  Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sistem tata nilai dalam masyarakat. Manusia  memenuhi kebutuhan masing-masing  bersama-sama membentuk masyarakat.Individu dan masyarakat saling membutuhkan. Namun keinginan masyarakat (atau kelompok yang mewakilinya) tidak selalu sama dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing individu.Bahkan dapat terjadi adanya ketegangan / pertentangan antara pribadi dengan masyarakat.


Kategori Dan Aspek Nilai

  Ketika seseorang memilih nilai kehidupannya, ada tiga kategori yang harus ia tunjukkan, yang menyatakan bahwa ia mengadopsi suatu nilai, yaitu: memilih, menghargai, dan bertindak. 

Ketiga kategori itu bisa dikembangkan menjadi tujuh aspek nilai, yaitu sebagai berikut:


a.    Memilih dengan bebas. Nilai kehidupan menuntut adanya kebebasan dari bentuk tekanan, tidak adanya paksaan dari lingkungan hidup seseorang, berdasarkan pada keyakinan diri sendiri, dan kerelaan untuk memilih nilai kehidupan.

b.    Memilih dengan bebas dari berbagai alternatif nilai kehidupan. Ketika seseorang memilih untuk menganut suatu nilai, ia akan dihadapkan pada lebih dari satu alternatif pilihan nilai kehidupan. Ia bebas untuk memilih nilai kehidupan yang mana yang ia sukai.

c.    Memilih dengan bebas dari berbagai alternatif dengan mempertimbangkan akibat dari masing-masing alternatif. Ketika seseorang memilih untuk menganut suatu nilai, ia harus memperhitungkan resiko atau konsekuensi atau akibat dari pemilihan nilai kehidupan itu, dan tahu yang akan terjadi karena pilihannya itu.

d.    Setelah memilih suatu nilai kehidupan, seseorang harus menghargai dan merasa senang dengan pilihannya itu. Nilai yang ia pilih adalah sesuatu yang dipandang positif. Untuk itu, nilai itu harus dihargai, dihormati, dan dipelihara. Nilai itu membuat orang yang memilihnya merasa bahagia.

e.    Setelah memilih suatu nilai kehidupan, seseorang hendaknya bersedia mengakui, menjunjung tinggi, dan menegaskan pilihannya itu di depan masyarakat umum.

f.    Setelah memilih suatu nilai kehidupan, seseorang seharusnya bertindak dan berperilaku sesuai dengan pilihan nilainya itu. Nilai itu memberi arah pada kehidupannya. Bobot nilai itu dapat diukur dengan banyaknya waktu, tenaga, dan harta yang dikorbankan demi nilai yang diyakininya.

g.    Seseorang yang memilih suatu nilai kehidupan akan bertindak sesuai dengan pilihannya itu sehingga nilai kehidupan tersebut akan menjadi suatu pola kehidupan. Orang yang menghargai nilai kejujuran akan selalu berusaha untuk jujur. Oleh karena itu, kejujuran akan menjadi kebiasaan hidupnya.

Contoh nilai-nilai kehidupan

  Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal dan menganut berbagai macam nilai kehidupan. Di antara nilai-nilai kehidupan itu bisa saja dianggap tidak penting bagi seseorang, tetapi bisa agak penting, penting, atau sangat penting bagi orang lain. Semuanya tergantung pada pilihan dan pertimbangan masing-masing pribadi, serta dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kehidupannya.

 Beberapa contoh nilai kehidupan itu antara lain sebagai berikut:

a. Nilai kekuasaan, seperti persepsi (pandangan) terhadap keinginan untuk menundukkan atau mempengaruhi orang lain.

b. Nilai cinta atau kasih sayang, seperti ikatan batin, saling menghargai, saling setia, saling menghormati, saling membantu, memikirkan kepentingan dan kebaikan orang lain.

c.    Nilai keindahan, seperti kemampuan untuk menghargai dan menikmati hal-hal yang indah, serasi, dan bagus.

d.    Nilai keindahan fisik, seperti persepsi terhadap keadaan tubuh yang dianggap ideal atau serasi.

e.    Nilai kesehatan, seperti keinginan untuk memiliki keadaan tubuh yang jauh dari penyakit.

f.    Nilai keterampilan, seperti keinginan untuk memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai hal dengan tepat, mudah, dan cepat.

g.    Nilai rasa sejahtera dan aman, seperti memiliki keinginan untuk bebas dari tekanan, kecemasan, dan konflik batin.

h. Nilai pengetahuan, seperti tuntutan diri terhadap informasi, kebenaran, hal-hal yang dapat memuaskan rasa ingin tahu, atau memiliki kemampuan untuk mengetahui sesuatu yang diinginkan.

i. Nilai moral, seperti keinginan untuk memiliki pemikiran, keyakinan, dan tindakan yang sesuai dengan norma yang diterima oleh masyarakat.

j.  Nilai keagamaan atau kepercayaan, yaitu iman terhadap Tuhan, dan keinginan untuk dapat hidup sesuai dengan agama dan kepercayaan.

k.  Nilai keadilan, seperti keinginan untuk memiliki sikap adil, sifat tidak memihak atau membedakan manusia, menghargai kebenaran dan fakta, serta mampu memperlakukan orang lain secara adil.

l.  Nilai altruisme, yaitu memiliki kemauan dan kemampuan untuk memperhatikan kebutuhan, kepentingan, dan kebahagiaan orang lain.

m.    Nilai pengakuan atau penghargaan, seperti keinginan untuk mengakui bahwa dirinya sendiri adalah penting, berharga, dan layak mendapatkan perhatian serta penghargaan dari orang lain.

n.    Nilai kesenangan, seperti keinginan merasakan kenikmatan atau kegembiraan.

o.    Nilai kebijaksanaan, seperti memiliki kemauan menggunakan akal sehat, pengalaman, dan pengetahuan dengan tepat, dan dapat mengambil keputusan dengan cermat atau teliti.

p.    Nilai kejujuran, seperti memiliki kebaikan hati, ketulusan hati, kesungguhan hati, dan keterusterangan.

q.    Nilai prestasi, seperti penghargaan terhadap hasil yang baik dari kerja keras.

r.    Nilai kemandirian atau otonomi, seperti kemampuan untuk berdiri sendiri, dan tidak dikuasai oleh orang lain.

s.    Nilai kekayaan, seperti keinginan untuk memiliki banyak harta yang berharga dan atau memiliki banyak uang.

t.    Nilai kesetiaan, seperti keinginan memiliki keteguhan hati dalam persahabatan, dalam ikatan dengan kelompok, atau lembaga tertentu
.
u.  Nilai tanggung jawab, seperti pertanggung jawaban kita terhadap hal yang kita lakukan.

v.  Nilai kedewasaan, seperti sifat kepribadian seseorang. baik dalam tingkah laku, perbuatan dan pola pikir yang berbeda pada saat ia muda.

w. Nilai kedisiplinan, seperti  perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.

x. Nilai kerendahan hati, seperti suatu sikap pribadi yang bersandar pada Allah dan menghormati orang lain. 

y. Nilai keberanian, seperti suatu sikap untuk berbuat sesuatu dengan tidak terlalu merisaukan kemungkinan-kemungkinan buruk.

z.    Nilai toleransi, seperti kemampuan kita untuk saling menghargai.

aa.    Nilai kebhinekaan, seperti saling mengargai, menghormati satu sama lain.

bb.    Nilai cinta tanah air dan bangsa, seperti perasaan yang timbul dari dalam hati sanubari seorang warga Negara, untuk mengabdi, memelihara, membela, melindungi tanah airnya

cc.    Nilai keteladanan, seperti sesuatu yang patut ditiru untuk dicontoh tentang perbuatan kelakuan, sifat dan lain sebagainya. 

Penerapan Nilai-Nilai  Di Kalangan Remaja 

1. Penerapan Nilai Moral Dikalangan Remaja
   Dizaman sekarang ini seks sudah sangat wajar terjadi dikalngan muda dan remaja. Bicara soal remaja tidak akan pernah lepas dari percintaan remaja. Tentu semua remaja telah mengalaminya. Hampir seluruh remaja di Dunia termasuk Indonesia mempunyai suatu budaya untuk mengekspresikan percintaan remaja itu sendiri yang biasa kita sebut sebagai “Pacaran”. Pacaran, bukan hal yang lazim lagi di kalangan remaja saat ini. Mulai dari berbagai jenjang pendidikan mereka. Mulai dari Anak-anak kuliah sampai SMP (bahkan anak SD pun mulai mencoba-coba). Mulai dari tingkatan remaja awal sampai remaja akhir, rata-rata mereka sudah mempunyai ‘pacar’. Macam-macam pula remaja mengekspresikan rasa cintanya pada sang ‘pacar; dengan berbagai cara. Mulai dari yang biasa sampai yang tidak bisa diterima secara moral karena perbuatan mereka telah melanggar ketentuan norma yang ada. Salah satu cara yang merupakan cara yang paling tidak diterima di kalangan masyarakat adalah seks bebas.
   Seks bebas merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan di luar hubungan pernikahan mulai dari necking, petting sampai intercourse dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang tidak bisa diterima secara umum. Seks bebas juga merupakan suatu hal yang mulai dianggap biasa bagi beberapa remaja di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari media-media massa/elektronik, westernisasi (kebarat-baratan) atau pun salah pergaulan. Mereka yang kurang pendidikan agamanya atau mereka yang kurang terdidik moral nya dan lebih sering melihat atau menonton acara-acara yang dianggap menjadi dasar dari perbuatannya, seperti sinetron atau film, tentu saja hal ini akan membentuk perilaku remaja yang cenderung tersesat dalam pergaulannya atau bisa lebih buruk lagi.
Penyebab perilaku seks bebas sangat beragam. Pemicunya bisa karena pengaruh lingkungan, sosial budaya, penghayatan keagamaan, penerapan nilai-nilai, faktor psikologis hingga faktor ekonomi. 

   Beberapa penelitian mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku seks bebas menurut Hyde (1990) yaitu:
1. Usia. Semakin dewasa seseorang, makin besar kemungkinan remaja untuk melakukan hubungan seks bebas. Hal ini dikarenakan pada usia ini adalah potensial aktif bagi mereka untuk melakukan perilaku seks bebas.
2. Usia yang muda saat berhubungan seksual pertama. Semakin muda usia pada hubungan seksual yang pertama cenderung untuk lebih permisif daripada mereka yang lebih dewasa pada hubungan seksualnya yang pertama.
3. Usia saat menstruasi pertama. Makin muda saat usia menstruasi pertama, makin mungkin terjadinya hubungan seks pada remaja. Perubahan pada hormon yang terjadi seiring dengan menstruasi berkontribusi pada meningkatkatnya keterlibatan seksual pada sikap dan hubungan dengan lawan jenis.
4. Agama. Kereligiusan dan rendahnya sikap serba boleh dalam perilaku seks berjalan sejajar seiringan. Clayton & Bokemier meneliti bahwa sikap permisif terhadap hubungan seks bebas dapat dilihat dari aktivitas keagamaan dan religiusitas (Rice, 1990).
5. Pacar. Remaja yang memiliki pacar lebih mungkin untuk melakukan seks bebas daripada remaja yang belum memiliki pacar.
6. Gender. Remaja puteri cenderung bersikap permisif dalam hal seksual daripada remaja pria. Remaja puteri lebih menekankan pada kualitas hubungan yang sedang dijalin sebelum terjadinya seks bebas.
7. Ketidakhadiran orang tua. Jika ada remaja yang berperilaku seks bebas, itu hanya bebasnya pergaulan, dan mungkin penyebabnya dari faktor bimbingan dan pola asuh dari orangtua di rumah yang tidak peduli atau tidak terbuka untuk membicarakan masalah seks pada anaknya, padahal disaat ini dunia remaja semakin bebas. Pada keluarga yang berada di kota besar, sudah merupakan suatu pola kehidupan yang wajar di mana ayah dan ibu bekerja. Hal tersebut seringkali mengakibatkan kehidupan anak-anak mereka kurang mendapatkan pengawasan orang tua dan memiliki kebebasan yang terlalu besar.
8. Kecenderungan pergaulan yang makin bebas. Di pihak lain, tidak dapat dipungkiri adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria.
9. Penyebaran Informasi Melalui Media Massa. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya tekhnologi yang semakin berkembang (video kaset, foto kopi, vcd, hp, internet) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar